Takdir Penguasa Malam

Sepi, hening, sendiri...
dibawah hamparan langit kelam kemerahan
Gelap memekik suasana kegempitaan
Sekelompok serdadu pengerat keluar dari markas
Memecah keheningan dalam sorotan pantulan malam

Sepi, hening, sendiri...
Terjuntai lembaran kain dalam pengapnya ruangan
Mengibarkan bisikan teriakkan yang parau
Duhai malang sang insan kesepian
Tiada berkawan dalam kabut persembunyian

Sepi, hening, sendiri...
Tak hilang akal mengusir segala kesepian
Menderukan paksaan dalam kemelut kenangan
Resapan angan menuju kokohnya halangan
Menciutkan segala secara perlahan

Sepi, hening, sendiri...
Kristal langit jatuh berserakan
Menyisakan gurat keheningan yang berkelanjutan
Ramaipun musnah menuju kebinasaan
Hanya menyisakan ruang yang semakin berubah haluan

Sepi, hening, sendiri
Duhai insa pelipur lara
Kemana perginya sinyal-sinyal  hebatmu
Ruh dalam raga disana amat menanti wujud indahmu
Berharap kau kembali menenggelamkan sepinya
Membuat lubang kecil sebagai jalur melintasnya cahaya
Masuk, menyinari setiap sudut dalam sekotak wadah raganya

Namun.....
Bagai menanti peluru yang terlepas akan kembali kepada pemicunya
Bagai menunggu kepulan asap kembali menjadi gumpalan kayu
Semua itu tak akan pernah terjadi
dan mungkin sampai fajar menampakkan diri
di sini..
di dalam ruang pengap ini
seorang insan akan tetap merasakan
Sepi, Hening, dan Sendiri...

Ciputat, 18 Februari 2013
Rosihan Anwar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKU, KADO TERINDAH DARI RABBMU

Renungan Akhir Sebuah Petualangan

Ayahku (BUKAN) Pembohong - Tere Liye